Istilah dalam Permainan Bola Basket

Pernah dalam beberapa acara Perbasi, saya hadir dan mendapat kesulitan karena mendengar istilah-istilah yang terdengar asing di telinga, namun mau tak mau harus dipelajari. Berikut ini tulisan yang dikutip dari: http://basketmipa.blogspot.com, sebuah blog bermutu yang banyak mengulas tentang bola basket. Semoga bermanfaat.

Seperti disiplin olah raga lainnya, bola basket mempunyai bahasanya sendiri. Halaman ini akan menjadi kamus bola basket, mencoba mendefinisikan istilah-istilah dalam bola basket. Jika seseorang mempunyai satu istilah baru yang ingin ditambahkan dalam daftar ini, silakan kirim email.

Pertama, perhatikan diagram “half-court” di bawah ini untuk mendefinisikan area pada lapangan basket. Area “paint” adalah area yang dibatasi oleh jalur free-throw, garis, baseline, dan garis free throw. Jika kaki seorang pemain offensive berada di area tersebut selama 3 detik atau lebih, maka dia akan dikenai pelanggaran 3-second. Sementara itu, tidak ada batasan waktu untuk pemain defensive berada dalam area paint.

@ Terminologi 1Gambar 1 Diagram half-court

Area “free throw” (dikenal juga dengan “charity stripe”) adalah garis di mana seorang pemain harus berdiri di belakangnya ketika melakukan shooting free-throw.

Area “low post” adalah area didekat “block” pada kedua area paint.

Area “high post” adalah area sepanjang garis free-throw dan kedua “elbow”.

Area “point” berada di depan, dan “wing” berada di kedua sisinya. Area “top of the key” berada di atas lingkaran free-throw. Area “short corner” berada di antara corner lapangan dan ring basket.

Istilah “ball-side” berhubungan dengan sisi dari lapangan di mana terdapat bola yang sedang dimainkan. Sebaliknya, “weak side” adalah sisi yang berlawanan dari bola tersebut. Pemain yang melakukan gerakan cut dari weak-side ke arah ring basket disebut dengan “back-door”.

Garis “10 second” atau garis “half-court” adalah garis yang berada di tengah-tengah lapangan. Garis tersebut membagi “full-court” (keseluruhan area permainan) menjadi dua half-court. Istilah “fore-court” adalah half court dengan ring basket kita, sedangkan “back-court” adalah half-court dengan ring basket lawan. Sekali sebuah tim mendapatkan penguasan bola, tim tersebut mempunyai waktu 10 detik untuk membuat bola melewati garis half-court menuju ke fore-court. Sekali melewati garis ini (bola dan kedua kaki), tim tersebut tidak boleh melakukan passing, dribbling bola, atau melangkah kembali melintasi garis tersebut (ketika mengusai bola). Jika hal itu terjadi maka akan dikenai pelanggaran “over and back”. Tetapi pemain offensive dapat memperoleh bola tanpa hukuman jika bola dipantulkan oleh pemain defensive.

Penomoran pemain dan istilah-istilah offensive

Pada sistem lama, nomor tidak digunakan. Biasanya pelatih mempunyai dua “guard” yang bermain di daerah “perimeter”. Pemain “center” biasanya bermain di sekitar area high post, dan dua “forward” bermain di area short corner sampai corner, yang juga kadang diperluas sampai area wing.

Sekarang, kebanyakan pelatih memakai sistem penomoran, sebagaimana sistem lama tidak sering diterapkan lagi, dengan pemain-pemain memainkan berbagai formasi offensive. Menggunakan sistem penomoran memudahkan pelatih dan pemain memahami strategi dan mengetahui peran mereka. Setiap pelatih mempunyai sistem penomoran mereka masing-masing. Di bawah ini adalah contoh sistem penomoran yang sering digunakan, yang sangat mudah dipelajari oleh para pemain muda. Diagram di bawah menunjukkan set formasi “3-2”.

@ Terminologi 2Gambar 2 Formasi 3-2

Pemain “point guard” adalah O1. Pemain wing kanan adalah O2, dan pemain wing kiri adalah O3. Pemain low post kanan adalah O4, dan pemain low post kiri adalah O5. Pemain O2 biasanya adalah “shooting guard”, O3 adalah “small forward”, O4 adalah “power forward”, dan O5 adalah “center”. Sistem ini sangat mudah dipelajari oleh pemain muda jika mereka diberitahu bahwa angka genap (2 dan 4) berada pada sisi kanan, dan angka ganjil (3 dan 5) berada pada sisi kiri.

Dalam set “1-3-1”, salah satu pemain low post akan berada pada daerah high post. Dalam set “1-4” kedua low post akan berada pada elbow, set ini disebut juga dengan “stack offense”, atau dapat juga kedua wing berada pada area corner (dikenal dengan “low stack”). Set “4-out, 1-in” dapat diterapkan dengan menggunakan empat pemain perimeter dan satu pemain post.

“Pick and roll” adalah situasi di mana seorang pemain offensive melakukan “screen” (atau “pick”) pada pemain defensive temannya, setelah itu, pemain yang melakukan screen bergerak, atau disebut dengan “roll”, menuju ke arah ring basket atau ruang yang tidak terjaga untuk menerima passing.

“Give and go” adalah situasi dasar di mana setelah seorang pemain melakukan passing ke temannya, akan dilanjutkan dengan gerakan cut menuju ke arah ring basket dan menerima kembali passing dari temannya untuk melakukan lay-up.

“Reverse the ball” berarti secara cepat memindahkan bola, dengan passing, dari sisi yang berlawanan pada fore-court, baik dengan menggunakan passing yang cepat atau dengan “skip pass” (passing secara langsung melintasi lapangan, yang berarti “skipping” satu atau lebih pemain offensive). Reverse the ball secara cepat dapat digunakan untuk melakukan “over-shift” suatu zone defense. Dengan memindahkan beberapa pemain offensive ke salah satu sisi lapangan (jika lawan menggunakan zone defense), maka kita sedang melakukan “over-load” pada zone defense tersebut.

“Post up” adalah gerakan offensive di mana seorang pemain low post memposisikan dirinya, dan melakukan “seal” pada pemain defensive-nya sehingga pemain tersebut dapat menerima passing di area block, dan melakukan “post move” untuk mencetak poin, atau melakukan passing cepat kembali ke pemain offensive lainnya yang tidak terjaga (dikenal dengan “inside-out”).

“Out-of-bound play” adalah istilah yang digunakan untuk menciptakan peluang menciptakan poin ketika bola dalam situasi “in-bound” (baik dari bawah ring basket atau di sepanjang sideline).

Istilah-istilah defensive

“Man-to-man defense” adalah cara melakukan defense di mana masing-masing pemain defensive ditugaskan untuk menjaga pemain lawan tertentu. Seorang pemain defensive dapat melakukan “switch” pemain yang dijaganya dengan temannya jika pemain tersebut sedang dalam situasi screen. Pemain defensive man-to-man harus memahami arti “on-ball” (menjaga pemain yang sedang menguasai bola), “deny” (mencegah pemain yang sedang dijaga memperoleh bola), dan “help-side” (melonggarkan penjagaan untuk membantu teman dalam mencegah “penetration” ke dalam oleh lawan). Istilah “close-out” adalah sebuah metode di mana seorang pemain defensive secara cepat melakukan slide mengarah ke pemain offensive yang sedang menguasai bola atau akan menerima bola.

Terdapat istilah “on the line” dan “up the line”. Dua istilah tersebut menunjukkan posisi pemain defensive di lapangan yang relatif terhadap pemain yang sedang menguasai bola dan pemain yang sedang dijaga. On the line berarti posisi pemain bertahan yang sedemikian rupa sehingga pemain tersebut dapat melihat pemain yang sedang mengusai bola dan pemain yang dijaga. Dalam situasi “full denial” posisi badan pemain defensive menghadap pemain yang dijaga dan kepala melihat ke arah bola dengan tangan berada pada jalur passing. Up the line berarti posisi di mana pemain defensive yang berada di belakang jalur passing sehingga dapat malihat pemain yang sedang menguasai bola dan pemain yang dijaga secara bersamaan. Posisi ini dapat mencegah “back-cut”. Semakin jauh jarak pemain yang menguasi bola dan pemain yang sedang dijaga maka pemain defensive dapat berada lebih di belakang jalur pasing, tetapi masih dalam posisi yang dapat memungkinkan untuk mencegah passing.

“Trap” adalah situasi di mana dua pemain defensive melakukan “double-team” pada pemain yang menguasai bola, mencoba untuk memaksa situasi “turn-over” atau “jump-ball”.

“Front the low post” merupakan gerakan yang harus dilakukan untuk menjaga pemain low post lawan. Pemain bertahan dapat berada di antara pemain low post dan ring basket, atau berada di antara pemain low post dan pemain yang akan melakukan passing, sehingga dapat melakukan “deny” terhadap passing.

“Box-out” adalah gerakan yang setiap pemain harus lakukan ketika seorang pemain offensive melakukan shooting. Gerakan ini dilakukan dengan menahan pemain yang sedang dijaga jauh dari ring basket dan mencegah pemain offensive mendapatkan “inside position” untuk melakukan rebound.

“Zone defense” merupakan strategi defensive yang menugaskan para pemain defensive menjaga area atau zona tertentu. Beberapa pelatih mengatakan ” a good zone looks like a man-to-man, and a good man-to-man looks like a zone”. Set zone defense yang sering digunakan antara lain 2-3, 3-2, 1-3-1, 1-2-2, dll. Sementara itu, istilah “zone offense” menunjukkan strategi offensive tim yang digunakan untuk mengalahkan zone defense.

“Transition” adalah proses perubahan dari defense ke offense, atau sebaliknya. Strategi “transition offense” dapat diterapkan dengan “fast break” atau “secondary break” di mana tim yang melakukan offensive secara cepat memindahkan bola ke area half-court lawan untuk memperoleh peluang melakukan lay-up dengan mudah. “Transition defense” dilakukan dengan kembali ke area half-court kita secepat mungkin atau menerapkan “full-court press” yang dapat dilakukan dengan man-to-man, atau “zone press”. Untuk melawan strategi defense full-court press, tim offense sering kali menerapkan strategi “press-breaker”.

 

Kombinasi Drill dalam Latihan Sirkuit Bola Basket

Bola basket sebagai cabang olahraga tim, memiliki keunikan dalam hal menentukan target kapasitas kebugaran dan tingkat kemampuan unsur biomotorik pemainnya. Misalnya pada satu tim, seorang pelatih akan memerlukan sekurangnya satu orang pemain power rebounder yang mampu bergerak eksplosif dengan massa otot besar. Namun kita tahu bahwa umumnya tipikal pemain demikian memiliki kelemahan dalam hal endurance. Hanya segelintir atlet elite yang mampu bergerak eksplosif sepanjang pertandingan. Biasanya pelatih akan menyiapkan pemain cadangan serupa. Pada posisi lain, sang pelatih mungkin akan menyiapkan beberapa pemain yang tipikal berkemampuan aerobik lebih tinggi untuk kepentingan kemampuan menerapkan variasi strategi defensif baik zona atau man to man marking.

Lalu bagaimana cara latihan yang paling sesuai untuk membentuk pemain basket yang berkemampuan lengkap dan merata dalam aspek-aspek biomotorik yang memiliki hubungan saling ketergantungan (interdependence) satu sama lain sebagaimana dijelaskan dalam gambar berikut ini.

streng2

Dari berbagai alternatif pola latihan, menurut saya yang terbaik adalah menerapkan latihan sirkuit yang dikombinasikan dengan drill tertentu dan spesifik untuk tipikal pemain sesuai komposisi yang diinginkan.

Seperti misalnya untuk membentuk seorang pemain yang diharapkan memiliki kemampuan ofensif rebound yang baik, dapat kita berikan kombinasi latihan aerob dan anaerob lewat drill ofensif rebound yang menuntut gerak lari pelan menuju ring basket lawan dan kemudian mendadak berakselerasi dengan cepat dan disambung dengan lompatan setinggi mungkin.

Seberapa intensitas latihannya dapat kita pantau dengan secara periodik menghitung denyut nadinya. Beberapa repetisi diberikan di zona latihan aerob dan beberapa repetisi kita berikan di zona anaerob. Untuk kemudahan pemantauan denyut nadi atlet, kita bisa menggunakan alat heart rate monitor di tangan atlet.

Pada waktu istirahat selama 1 sampai 2 menit per stasiun sirkuit, kita juga bisa melihat bagaimana kemampuan recovery atlet kala berpindah stasiun setelah menyelesaikan latihan pada stasiun sebelumnya.

Untuk menerapkan latihan sirkuit tersebut kita harus memahami terlebih dahulu hakekat serta prinsip-prinsip latihan secara seksama. Berikut ini beberapa penjelasan singkat yang saya rangkum dari berbagai sumber relevan untuk menyusun latihan sirkuit yang dikombinasikan dengan drill spesifik bola basket.

I.  Latihan Sirkuit (Circuit Training)

A. Pengertian latihan Bompa (1994: 3).

Latihan merupakan suatu kegiatan olahraga yang sistematis dalam waktu yang panjang, ditingkatkan secara bertahap dan perorangan, bertujuan membentuk manusia yang berfungsi fisiologis dan psikologisnya untuk memenuhi tuntutan tugas. Menurut pendapat Fox (1993: 693) bahwa latihan adalah suatu program latihan fisik untuk mengembangkan seorang atlit dalam menghadapi pertandingan penting. Peningkatan kemampuan ketrampilan dan kapasitas energi diperhatikan sama.

B. Dosis latihan.

Penentuan dosis latihan adalah menetapkan tentang ukuran beban latihan yang harus dilakukan oleh atlet untuk jangka waktu tertentu.

Ada dua bentuk dosis latihan yaitu dosis ekternal dan dosis internal. Dosis ekternal (outer load) adalah jumlah beban kerja yang dirancang bagi seorang atlet yang menyusun kerangka sesi dari suatu program latihan. Untuk menyusun program latihan yang benar, seorang pelatih perlu mengenal karakteristik dosis eksternal. Komponen dosis ekternal adalah volume, yaitu jumlah kerja yang ditampilkan selama satu sesi latihan atau suatu fase latihan. Volume latihan dapat berupa durasi, jarak tempuh dan jumlah pengulangan/ repetisi (Bompa, 1994). Beban latihan dapat dikatakan sebagai dosis latihan fisik.

Yang dimaksud dosis latihan antara lain:

  1. Intensitas latihan dapat diartikan sebagai kualitas beban (ringan, sedang, berat atau low moderate, sub maximal, maximal, super maximal),
  2. Frekuensi latihan merupakan jumlah kejadian/ ulangan,
  3. Durasi latihan diartikan sebagai lamanya latihan dilaksanakan. Durasi latihan juga akan mempengaruhi perubahan adaptasi tubuh,
  4. Jenis latihan atau bentuk latihan. Yang dimaksud jenis adalah karakteristik latihan dari intensitas, frekuensi dan durasi latihan (Fox, 1993).

C.  Prinsip-Prinsip Dasar Latihan.

Program latihan hendaknya menerapkan prinsip-prinsip dasar latihan guna mencapai kinerja fisik yang maksimal bagi seseorang. Prinsip-prinsip dasar latihan yang secara umum harus diperhatikan adalah sebagai berikut:

1). Prinsip beban berlebih (the overload principles). Pendapat Fox (1993: 687) dikemukakan bahwa intensitas kerja harus bertambah secara bertahap melebihi ketentuan program latihan merupakan kapasitas kebugaran yang bertambah baik. Bompa (1994: 29) bahwa pemberian beban latihan yang melebihi kebiasaan kegiatan sehari-hari secara teratur. Hal itu bertujuan agar sistem fisiologis dapat menyesuaikan dengan tuntutan fungsi yang dibutuhkan untuk tingkat kemampuan tinggi.

2). Prinsip kekhususan (the principles of specificity). Latihan harus bersifat khusus sesuai dengan kebutuhan olahraga dan pertandingan yang akan dilakukan. Perubahan anatomis dan fisiologis dikaitkan dengan kebutuhan olahraga dan pertandingan tersebut (Bompa, 1994: 32).

3). Prinsip individual (the principles of individuality). Bompa (1994: 35) menjelaskan bahwa latihan harus memperhatikan dan memperlakukan seseorang sesuai dengan tingkatan kemampuan, potensi, karakteristik belajar dan kekhususan olahraga. Seluruh konsep latihan harus direncanakan sesuai dengan karakteristik fisiologis dan psikologis seseorang, sehingga tujuan latihan dapat ditingkatkan secara wajar.

4). Prinsip beban latihan meningkat bertahap (the tprinciples of progressive increase load). Seseorang yang melakukan latihan, pemberian beban harus ditingkatkan secara bertahap, teratur dan ajeg hingga mencapai beban maksimum (Bompa, 1994: 44).

5). Prinsip Kembali Asal (the principles of reversibility). Djoko P.I (2000: 11) bahwa kebugaran yang telah dicapai seseorang akan berangsurangsur menurun bahkan bisa hilang sama sekali, jika latihan tidak dikerjakan secara teratur dengan takaran yang tepat.

6). Prinsip mengenal sumber energi utama (the principles of predominant energi system).

D.  Latihan Sirkuit

Menurut M. Sajoto (1995: 83) latihan sirkuit adalah suatu program latihan terdiri dari beberapa stasiun dan di setiap stasiun seorang atlet melakukan jenis latihan yang telah ditentukan. Satu sirkuit latihan dikatakan selesai, bila seorang atlet telah menyelesaikn latihan di semua stasiun sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan. Menurut Soekarman (1987: 70) latihan sirkuit adalah suatu program latihan yang dikombinasikan dari beberapa item-item latihan yang tujuannya dalam melakukan suatu latihan tidak akan membosankan dan lebih efisien.

Latihan sirkuit akan tercakup latihan untuk:

1) Kekuatan otot,

2) Ketahanan otot,

3) Kelentukan,

4) Kelincahan,

5) Keseimbangan, dan

6) Ketahanan jantung paru

Latihan-latihan harus merupakan siklus sehingga tidak membosankan. Latihan sirkuit biasanya satu sirkuit ada 6 sampai 15 stasiun, berlangsung selama 10-20 menit. Istirahat dari stasiun ke lainnya 15-20 detik. Menurut J.P. O’Shea dan E.L.Fox yang dikutip M. Sajoto (1995: 83) ada dua program latihan siruit, yang pertama bahwa jumlah stasiun adalah 8 tempat. Satu stasiun diselesaikan dalam waktu 45 detik, dan dengan repetisi antara 15-20 kali, sedang waktu istirahat tiap stasiun adalah 1 menit atau kurang. Rancangan kedua dinyatakan bahwa jumlah stasiun antara 6-15 tempat. Satu stasiun diselesaikan dalam waktu 30 detik, dan satu sirkuit diselesaikan antara 5-20 menit, dengan waktu istirahat tiap stasiun adalah 15-20 detik.

II.  Daya Tahan Aerobik

Olahraga aerobik (dengan oksigen) melibatkan kelompok-kelompok otot besar dan dilakukan dengan intensitas yang cukup rendah serta dalam waktu yang cukup lama, sehingga sumber-sumber bahan bakar dapat diubah menjadi ATP dengan menggunakan siklus asam sitrat sebagai jalur metabolisme predominan. Olahraga aerobik dapat dipertahankan dari lima belas sampai dua puluh menit hingga beberapa jam dalam sekali latihan. (Sherwood, 2001: 34).

Latihan yang meningkatkan persediaan ATP-PC dalam otot, peningkatan kadar glikogen maupun peningkatan nilai ambang anaerobik dengan cara pembentukan asam laktat yang lebih sedikit pada beban yang sama maupun ketahanan terhadap keasaman ysng dissebabkan asam laktat. (Soekarman, 1987: 49).

Menurut M. Sajoto (1995: 8) daya tahan aerobik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen kondisi fisik yang tidak dapat dipisahkan, baik peningkatan maupun pemeliharaannya. Artinya dalam meningkatakan kondisi fisik seluruh komponen harus dikembangkan walaupun dilakukan dengan sistem prioritas sesuai keadaan atau status yang dibutuhkan. Komponen-komponen kondisi fisik diantarannya:

  1. Kekuatan (strength), adalah kemampuan dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja.
  2. Daya tahan (endurance), adalah kemampuan seseorang untuk bekerja dalam jangka waktu yang relatif lama dengan kelelahan yang tidak berarti.
  3. Daya otot (muscular power), kemampuan seseorang dalam mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang sependek pendeknya.
  4. Kecepatan (speed), kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu sesingkat-singkatnya.
  5. Daya lentur (flexibility), efektifitas seseorang dalam penyesuiaan diri untuk segala aktivitas dengan penguluran tubuh yang laus.
  6. Kelincahan (agility), kemampuan seseorang mengubah posisi di area tertentu.
  7. Koordinasi (coordination), kemampuan seseorang untuk mengintegrasikan bermacam-macam gerakan yang berbeda ke dalam pola gerakan tunggal secara efektif.
  8. Keseimbangan (balance), kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ syaraf otot.
  9. Ketepatan (accuracy), kemampuan seseorang untuk mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran.
  10. Reaksi (reaction), kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya dalam menanggapi rangsangan yang ditimbulkan lewat indera, syarat atau feeling lainnya.

Menurut Richard Eaton (1989: 106) komponen pembinaan kondisi fisik yang penting dalam mencapai prestasi olahraga terdiri dari: kekuatan, daya tahan, kecepatan dan kelincahan. Kondisi fisik atlet memberikan sumbangan terhadap pencapaian sebuah prestasi, tetapi untuk berprestasi tinggi ditentukan oleh teknik, taktik juga kualitas kondisi fisik yang prima.

Menurut pendapat Suharno (1993: 12) bahwa aspek-aspek yang perlu disempurnakan untuk mencapai kondisi fisik prima antara lain:

  1. Latihan kondisi fisik khusus sesuai dengan kebutuhan cabang olahraga yang diikuti.
  2. Peningkatan penguasaan teknik dasar, teknik tinggi secara otomatis yang sempurna dan benar.
  3. latihan taktik sesuai dengan penguasaan kemampuan fisik dan teknik.
  4. pembinaan mental
  5. Melatih kemantapan bertanding dengan mengadakan pertandingan-pertandingan percobaan.

Latihan kondisi fisik memegang peranan yang sangat penting dalam setiap program latihan olahraga, terutama saat akan menghadapi pertandingan atau kompetisi. Latihan kondisi fisik harus mengacu kepada prinsip-prinsip latihan yang dilakukan secara sistematis, berencana dan progresif yang tujuan utamanya untuk meningkatkan kemampuan fungsional dari seluruh sistem tubuh agar prestasi semakin meningkat. Program latihan kondisi fisik tersebut haruslah disusun secara teliti serta dilaksanakan secara cermat dan dengan penuh disiplin.

Berbagai keadaan yang dapat dicapai jika atlet memiliki kondisi fisik yang baik adalah :

  1. Peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung.
  2. Peningkatan dalam kekuatan, kecepatan, kelenturan, stamina, kecepatan dan lainlain komponen fisik.
  3. Pelaksanaan gerak yang lebih ekonomis.
  4. Recovery atau pemulihan kondisi yang lebih cepat.
  5. Memiliki kemampuan respon dan umpan balik yang lebih baik.

Latihan daya tahan atau disebut juga Cardio Respiratory Training dapat meningkatkan suplay oksigen pada otot-otot yang memberikan kemampuan kepada atlet untuk melakukan suatu aktivitas yang lebih tinggi tingkatnya dalam waktu yang lama.

Daya tahan ini ada dua bentuk, yaitu: daya tahan umum (general endurance / daya tahan aerobik) dan daya tahan khusus (special endurance / daya tahan anaerobik). Latihan-latihan untuk mengembangkan daya tahan haruslah sesuai dengan batasan tersebut. Jadi latihan daya tahan harus berlangsung dalam waktu yang lama, misalnya lari jarak jauh, renang jarak jauh, cross country/lari lintas alam, fartlek, interval training atau bentuk latihan apapun yang memaksa tubuh kita bekerja untuk waktu yang lama. Kemampuan daya tahan akan meningkat sekitar 40% – 60%, jika dilatih sesuai dengan prinsip-prinsip latihan.

III.  Hubungan Latihan Daya Tahan Aerobik dengan VO2 Max

Latihan daya tahan akan mengembangakan konsumsi oksigen. Willmore dan Costill (1994: 155) mengatakan bahwa subyek yang belum terlatih VO2 maksimal menunjukkan peningkatan sebesar 20% atau lebih setelah mengikuti program latihan selama 6 bulan. Nilai VO2 maksimal yang tinggi dapat meningkatkan unjuk kerja pada aktivitas daya tahan, yaitu meningkatkan kemampuan rata-rata kerja lebih besar atau lebih cepat. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Gregory (dalam Rushall dan Pyke, 1990: 202- 208) dikatakan bahwa perbandingan latihan kontinyu lambat memperbaiki daya aerobik dan ambang batas asam laktat. Ambang batas anaerobik dalam teori paling baik ditingkatkan dengan latihan intensitas tinggi, meskipun pada praktik pelaksanaannya lebih efektif dan efisien dengan latihan kontinyu panjang pada intensitas sekitar 1-2 % di bawah ambang batas asam laktat yang ada.

Meningkatnya intensitas kerja sampai batas VO2 maksimal akan menyebabkan terjadinya salah satu dalam konsumsi oksigen, yaitu terjadi keadaan stabil (plateu) atau sedikit menurun dalam hal denyut nadi (Willmore dan Costill, 1994: 158 ). Terjadinya plateu tersebut menunjukkan bahwa akhir aktivitas semakin dekat karena suplai oksigen tidak dapat memenuhi kebutuhan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa VO2 maksimal membatasi rata-rata kerja atau kecepatan kerja yang dapat dilakukan. Jika aktivitas dilanjutkan sampai beberapa waktu setelah mencapai VO2 maksimal, sumber energi aerobik akan habis dan harus segera disuplai dari sumber energi anaerobik dengan kapasitas sedikit, sehingga tidak dapat berlangsung dalam waktu lama.

Untuk orang awan, atlet maupun seorang pelatih yang ingin meningkatkan daya tahan (endurance) harus mengetahui bahwa yang perlu ditingkatkan adalah kemampuan daya tahan sistem kardiovaskuler. Dengan sistem kardiovaskuler yang baik, maka kebutuhan biologis tubuh pada waktu kerja akan lancar. Kelancaran tersebut dimungkinkan apabila alat-alat peredaran darah yang mengalirkan darah sebagai media penghantar untuk memberikan zat-zat makanan dan oksigen yang diperlukan jaringan tubuh, dapat menjalankan fungsinya dengan sempurna.

Pengertian endurance adalah kemampuan seseorang melaksanakan gerak dengan seluruh tubuhnya dalam waktu yang cukup lama dan dengan tempo sedang sampai cepat, tanpa mengalami rasa sakit dan kelelahan berat (M. Sajoto, 1995:121). Endurance menyatakan keadaan yang menekankan pada kapasitas melakukan kerja secara terus menerus dalam suasana aerobik. Jadi dapat berlaku bagi seluruh tubuh, suatu sistem dalam tubuh, daerah tertentu dan sebagainya (Dangsina Moeloek,1984:3).

Maximal Aerobik Power dapat dikatakan penentu yang penting pada olahraga ketahanan (endurance). Hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa olahragawan yang sukses dalam nomor endurance secara tetap menunjukkan nilai VO2 Max yang tinggi. Nilai VO2 Max tertinggi dicapai pada olahraga yang memerlukan penggunaan energi yang relatif sangat besar dalam jangka waktu yang lama. Penelitian lain telah mengamati hubungan yang erat antar VO2 Max dan prestasi olahraga nomor endurance seperti lari jarak jauh, renang dan bersepeda. (Costill,1967 dikutip Pate, Rotella, Mc. Clenaghan,1993: 257).

IV.  Beberapa Contoh Drill Kombinasi Latihan Sirkuit

Setelah mendalami prinsip-prinsip latihan, kita bisa menyusun sendiri materi latihan secara terstruktur dan terukur. Setiap latihan kombinasi berikut memiliki tujuan spesifik yang belum tentu cocok dengan apa yang Anda butuhkan untuk tim yang Anda latih. Ini hanya contoh untuk menyusun drill spesifik bola basket yang dapat dimasukkan ke dalam suatu rangkaian latihan sirkuit.

A. Drill 7 Menit

Latihan ini dilakukan selama 7 menit, untuk lebih jelasnya lihat Gambar 1 di bawah ini.

Lat Sir 1

Gambar 1 Latihan 7 Menit

Pemain memulai latihan dengan berdiri di salah satu baseline. Garis bergelombang ditempuh pemain dengan defensive slide menghadap ke baseline, selanjutnya garis ganda merupakan jalur sprint dari sideline ke sideline, dan garis putus-putus dilalui dengan jogging.

B.  Drill Suicide

Latihan ini merupakan latihan cardiovascular yang dapat dilakukan untuk pemanasan dan meningkatkan kondisi fisik pemain terutama bagian kaki. Latihan dimulai dari baseline kemudian sprint sampai garis free-throw dan kembali lagi ke baseline. Selanjutnya sprint sampai garis half-court dan kembali lagi. Setelah itu, sprint sampai garis free-throw lawan dan kembali lagi. Terakhir, sprint sampai keseluruhan full-court dan kembali lagi ke baseline. Jangan memperlambat atau berhenti berlari.

Lat Sir 2

Gambar 2 Latihan Suicide

C.  Pyramid

Piramid merupakan variasi latihan Suicide. Latihan dimulai dengan pemain berdiri di baseline, kemudian sprint sampai baseline lawan dan dilanjutkan dengan push-up sekali. Kemudian sprint kembali dan diikuti dua kali push-up. Latihan dilanjutkan sampai dilakukan lima kali push-up. Latihan ini akan berakhir pada baseline yang sama di mana latihan dimulai.

D. Z (Diagonal Slide)

Latihan ini bertujuan untuk melatih kemampuan pemain berubah arah secara cepat ketika berlari. Latihan dimulai dengan pemain berdiri di daerah corner dan menghadap ke baseline. Selanjutnya pemain melakukan defensive slide sampai daerah elbow dan diikuti dengan back pivot ke kiri dan slide dilanjutkan sampai garis half-court. Setelah itu pemain melakukan back pivot ke kanan, dan seterusnya. Sepanjang garis baseline ditempuh pemain dengan sprint.

Lat Sir 3

Gambar 3 Latihan Z

Variasi yang dapat dilakukan adalah mengubah defensive slide dengan sprint untuk setiap gerakan yang mengarah ke elbow. Perbedaannya, perpindahan dari defensive slide ke sprint dapat dengan dilakukan dengan front pivot. Variasi lainnya adalah mengganti semua defensive slide dengan sprint. Dalam hal ini semua perubahan arah dilakukan secara cepat dengan front pivot.

E.  Pitch and Fire

Latihan ini sebenarnya latihan untuk offensive transition, tetapi dapat juga digunakan untuk melatih fisik para pemain. Pemain akan melakukan dribble dengan kecepatan penuh, jump stop, passing, dan lay-up. Pemain rebounder seharusnya melakukan rebound secepat mungkin setelah lay-up dilakukan sebelum bola menyentuh lantai dan diikuti dengan outlet pass dengan cepat ke pemain lainnya. Untuk lebih jelasnya perhatikan Gambar 4.

Lat Sir 4

Gambar 4 Latihan Pitch and Fire

Latihan divariasi dengan mengubah arahnya, sehingga pemain akan melakukan dribble dan jump stop serta shoot atau dilanjutkan dengan lay-up menggunakan tangan kiri.

Referensi:

  1. Bompa, T.O., (1994). Theory and Methodology of Training, Third edition, Toronto, Ontorio Canada: Kendall/ Hunt Publishing Company.
  2. Dangsina Moeloek., (1994). Dasar Fisiologi Kesegaran Jasmani dan Latihan Fisik. Kumpulan Makalah. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
  3. Djoko P.I. (2000). Panduan Latihan Kebugaran (Yang Efektif dan Aman). Yogyakarta: Lukman Offset.
  4. Eaton, Richard. (1989). Sports Action Badminton. Muenchen: Octopus Book Co. Ltd
  5. Fox. E.L., Bowers. R.W., dan Foss. M.L. (1993). The Physiological Basis for Exercise and Sport, fifth edition. Iowa: Brown & Benchmark Publishers.
  6. http://basketmipa.blogspot.com, Latihan Fisik, diakses 3 Juli 2015
  7. M. Sajoto. (1995). Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Semarang: Dahara Prize
  8. Nossek Josef. (1981). General Theory of Training. Lagos: Pan African Press Ltd, Nurgess Publishing Company.
  9. Pate RR. Mc., Clengham B., Rotella R., (1993). Dasar-Dasar Ilmiah Kepelatiha, (Scientific Foundation of Coaching), Terjemahan Kasiyo Dwijowinoto), Semarang: IKIP Semarang Press
  10. Radcliffe C.Jamnes and Farentinos C.Robert. (1985). Plyometrics Explosive Power Training. Illinois: human Kinetics Publishers, Inc.
  11. Rushall, BS., and Frank S. Pyke., (1990). Training for Sport and Fitness, South Melbourne: The Macmillan Company of Australia PTY LTD, 107 Moray Street. Sadoso Sudharno Sastropanular., (1997). Tes Sederhana untuk Mengukur Kapasitas Aerob.
  12. Sherwood L, (2001). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, alih bahasa Brahm U. Pendit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
  13. Sigit Nugroho, 2007, Pengaruh Latihan Sirkuit terhadap Daya Tahan Aerobik (VO2Max) Mahasiswa PKO Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY Yogyakarta, Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi Program studi Ilmu Keolahragaan FIK UNY
  14. Soekarman. (1987). Dasar Olahraga Untuk Pembina, Pelatih dan Atlet: Jakarta: Inti Idayu Press
  15. Suharno. (1993). Metodologi Pelatihan. Yogyakarta: FPOK IKIP Yogyakarta.
  16. Wilmore, H.J., and Costill, DL., (1994). Physiology of Sport And Exercise, USA: Human Kinetics, Champaign.

Interview with Tudor Bompa

Need to know more of Bompa’s books.

Ulas Buku: LTAD Basket Kanada

(Catatan, buat teman-teman yang mau mengunduh buku ini, tinggal klik link yang di-highlight. Tks.)

Ada beberapa buku referensi yang sepertinya patut kita baca dan saya tertarik mengulasnya di blog ini.

@ 01 Coaching Manual (Judul yang sesuai lihat di gambar cover bukunya berikut ini)

Screenshot_20200504-095335

Buku ini setebal 253 halaman, asik sekali bacanya dan otomatis jadi berkhayal seandainya kita juga punya buku semacam ini. Buku ini lengkap mengulas semua macam latihan dan di section ketiga, gambar yang terdiri dari 15 bab, ternyata diuraikan secara detail bagaimana juga melatih mental. Latihan mentalk jadi highlight penting dalam Athlete Development Model karena menjadi sesuatu yang bertahan paling lama meski si atlet sudah tua dan tidak berkompetisi lagi. Mungkin begini juga maksudnya almarhum Kobe dengan Mamba Mentality-nya ya.

Screenshot_20200504-221724

Karena tertarik dengan topik pelatihan mental, setelah baca buku bergambar Steve Nash saya melanjutkan pencarian dan ternyata menemukan sebuah buku menarik lainnya yang berkaitan. Ini bukunya:

@ 03 mental training clinic_document_private311094_58f8ff3d6861c (1) (Kalo mau unduh tinggal klik, dari open source kok. Di sana dibagikan gratis.). Ini cover bukunya.

Screenshot_20200504-221709

Buku itu dikeluarin oleh NCCP yaitu National Coaching Certification Program. Motonya tercantum di sudut kanan atas, menggugah sekali, REACH HIGHER. Buku ini berisi materi referensi, unit yang saya temukan itu khusus membahas tentang Basic Mental Skill.

Searching berikutnya, saya temukan lagi buku ketiga, yaitu:

@ 04 LTAD Mental-Fitness_Feb2_2014_ENG_web Gambar sampulnya seperti ini:

Screenshot_20200504-100759

Daftar isinya ini:

Screenshot_20200504-100821

 

Jika teman-teman pelatih ada waktu, baik sekali membacanya. Kabarnya di Cina topik ini juga sudah diterapkan sejak tahun 80-an. Yang memulainya para pendidik di Amerika tahun 83, setelah mereka menyadari bahwa pendidikan mereka ketinggalan jauh oleh orang Jerman. Sampai sekarang buku LTAD-nya Amerika yang pernah saya baca masih menekankan Life Skill sebagai hasil utama dari berbasket di sana, sehingga muncul motto basketball for life yang dipakai oleh perbasi-nya USA.

Buku LTAD-nya USA tidak saya kupas dan ulas di sini, karena kelewat tipis dan singkat. Hanya memberikan standar normatif. Yang menarik justru punyaan Inggris dan New Zealand.

Perbasi-nya New Zealand jelas sekali memberikan porsi besar perhatiannya pada pembinaan para pelatih. Ini model yang mereka buat.

Screenshot_20200504-221208

 

Screenshot_20200504-221245

Buku tentang basket Inggris ada dua, yang pertama standar dan yang kedua unik. Pada buku pertama, yaitu buku yang gambar covernya ini:

Screenshot_20200504-221155

Ini link buku di atas: @ Coaching British

Berisi panduan kepelatihan umum dan standar, namun mereka menggarisbawahi bahwa sekolah adalah dasar pengembangan prestasi bola basket se Britania Raya. Sedikit berbeda dengan kita di Indonesia, dimana Perbasi basisnya adalah klub, mulai dari klub di Kabupaten Kota dengan Perbasi Kabupaten Kota, berlanjut terus hingga tingkat provinsi dan nasional. Sedangkan basket di sekolahan diurusi lebih diurusi oleh Dinasnya pemerintah. Sepertinya porsi kue terlezat ada di stakeholder sekolahan ini. Oleh pemerintah secara rutin ada POPDA, POPWIL dan selanjutnya. Oleh Perbasi ada kejurda sampai kejurnas, dan sebagainya. Dan yang belakangan ini (sudah 10 tahun) berhasil mengelolanya yaitu DBL.

Ketika bicara mengenai timnasnya sampai ke level olimpiade, mereka punya cara yang sedikit , saat mengupas problem dan solutions, mereka menekankan pada 2 hal untuk memajukan basket di sana, yaitu kompetisi yang ketat dan sponsorship. Khusus untuk sponsorship, mereka sampai-sampai membuat satu bab khusus tentang bagaimana caranya supaya kompetisi basket mereka diliput oleh TV. Ini buku yang saya dapatkan tentang ulasannya. Ini link bukunya: BritishBasketballGameOnStrategy 

Klik aja, nanti baca sendiri. Gambar cover dan beberapa halaman yang menarik, saya satukan dalam kolase gambar berikut ini:

Inggris

 

Sepertinya ada banyak hal yang bisa kita petik ketika membaca buku-buku itu, buat saya pribadi yang cuma melatih bocah-bocah pemula sih rasanya kejauhan, ini urusan kaum petinggi. Tapi sekedar untuk wawasan gak apalah.

Penekanan saya saat m embaca buku itu sebenarnya hanya aspek teknis melatih saja yang mana tersedia lezat sekali oleh buku Coaches Manual dan LTAD-nya Kanada.

Kebetulan keyboard saya lagi masalah nih, kita sudahi dulu ulasan buku kali ini ya. Terimakasih.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Basketball Quotes dari coach Bill Russel

Basketball quotes sangat baik untuk menginspirasi para pelatih dan pemain. Tak terhitung seringnya saya mengutip berbagai quotes bagi para pemain saya dan teman-teman pelatih, dan selalu memberikan hasil positif.

Berikut ini seri tulisan tentang 501 quotes, akan diposting satu per satu, semoga bermanfaat.  Kita awali dengan beberapa quote dari Bill Russell.

Bill

“Create unselfishness as the most important team attribute” – Bill Russell

“Menciptakan rasa tidak mementingkan diri sendiri adalah pencapaian terpenting dalam tim”

“Concentration and mental toughness are the margins of victory” – Bill Russell

“Konsentrasi dan ketangguhan mental adalah pembatas dari kejayaan” 

“The most important thing to me is the friends that I’ve made” – Bill Russell

“Hal terpenting bagi saya adalah pertemanan yang telah saya hasilkan”

“The most important measure of how good a game I played was how much better I’d made my teammates play” – Bill Russell

“Ukuran terpenting tentang bagusnya game yang saya mainkan hari ini adalah sebaik apa saya membuat teman setim saya bermain bagus”

“Remember that basketball is a game of habits. If you make the other guy deviate from his habits, you’ve got him” – Bill Russell

“Ingat, basket itu game tentang kebiasaan, kamu berhasil jika bisa membuat lawanmu bermain menyimpang dari kebiasaannya”

“Commitment separates those who live their dreams from those who live their lives regretting the opportunities they have squandered” – Bill Russell

“Komitmen adalah pemisah antara orang yang menghidupkan mimpi-mimpinya dengan orang-orang yang hanya menyesali peluang-peluang yang telah disia-siakan”

“What distinguishes a great player is his presence. When he goes on to the court, his presence dominates the atmosphere” – Bill Russell

“Apa yang menentukan seorang pemain besar adalah kehadirannya, ketika ia ada di lapangan, ia mendominasi atmosfer” 

“The only important statistic is the final score” – Bill Russell

“Satu-satunya statistik terpenting adalah skor akhir”

“The idea is not to block every shot. The idea is to make your opponent believe that you might block every shot” – Bill Russell

“Tujuannya bukan untuk memblok setiap shot, tetapi untuk meyakinkan lawan bahwa kamu mungkin memblok setiap shot”

dikutip dari https://www.basketballforcoaches.com/

Bagaimana, kamu punya quotemu sendiri?

BAGAIMANA BIKIN PROGRAM UNTUK TIM YANG KONDISI LATIHANNYA TIDAK IDEAL? (Bagian 1)

Bahan Diskusi Online Kelompok Pelatih Alumni DBL Camp 2017

Itu pertanyaan pokoknya, dilanjutkan penjelasan penanya “Kan kalo melatih tim regional/ daerah tapi pemainnya masih ada latihan dan pertandingan untuk tim sekolah, kampus atau klub, kan program jadi terganggu. Beda halnya jika melatih tim untuk liga pro, kan pemain-pemainnya fokus sehingga program bisa jalan penuh. Gimana tuh cara bikin program dan pelaksanaannya? Lalu yang sering dialami banyak pelatih nih, kalo misalnya timnya nih dibentuk dadakan, waktu latihan hanya beberapa minggu, kita harus bagaimana?”

Ha… ha… ha… yang topik bagus dari coach Muflih Farhan yang sebenarnya tahu persis apa jawabannya. Tapi untuk bahan sharing dan diskusi ya boleh lah, asik juga.

Ada 2 situasi nih.

–  Pertama, program untuk tim regional/ daerah yang pemainnya banyak acara sehingga sesi latihan banyak terganggu.

–  Kedua, tim regional/ daerah yang dibentuk dadakan, waktunya latihan pun hanya beberapa minggu.

Baik, saya akan menyampaikan pendapat saya. Kedua situasi itu punya jawaban serupa. Ada asumsi kesamaan namun juga ada perbedaan pada aspek FITT:

  1. time/ durasi dan, situasi 1 punya time/ durasi latihan per sesi yang lebih panjang, situasi 2 lebih singkat.
  2. frekuensi latihan, situasi 1 punya frekuensi latihan lebih banyak pada periode latihan lebih lama namun terputus-putus, situasi 2 lebih sedikit.

Antara situasi 1 dan 2 ada perbedaan dalam hal:

  1. tipe dan
  2. intensitas latihan.

Ok, kita bahas satu-satu ya.

Kita ulas dikit kondisi ideal, yaitu waktu dan sumberdaya lainnya tersedia dengan cukup. Nanti yang kita mau dalami bukan ini, tetapi sebagai pembanding perlu kita ulas dikit.

GAMEPLAN

Gameplan adalah kata kunci pertama. Untuk bagaimana pun kondisi sebuah tim, tugas utama dan pertama seorang pelatih adalah menyusun gameplan setelah sungguh-sungguh mengenali 4 komponen prestasi pada masing-masing pemainnya.

Di sini kita bicara perencanaan latihan, isinya tentang practice plan. Dalam hierarkinya, practice plan itu breakdown dari gameplan. Yang kita latih itu kan practice plan yang berisi 4 komponen prestasi yang terdiri dari fisik, teknik, strategi, mental.

Jika menemui hambatan batasan waktu latihan, maka logika kita akan langsung memilih fokus latihan ke strategi, untuk bola basket ya berkaitan dengan teamwork.

Latiham teamwork bagaimana yang akan dipilih? Ya tergantung pilihan coach tentang gameplan. Tapi apa benar hanya latihan teamwork strategy yang akan jadi pilihan? Bagaimana kondisi fisik, teknik dan mental? Tidak, bukan hanya latihan strategi untuk teamwork.

KONDISI IDEAL

Pada kondisi ideal, sebuah gameplan akan di-breakdown ke practice plan yaitu dengan materi latihan sesuai komponen prestasi, pre-requirement apa yang diperlukan untuk gameplan ya sesuai dengan pilihan pelatih. Apa dasar pilihan pelatih, pertama pengetahuannya terkait pengalaman, ilmu, filosofinya, ketersediaan data, dan instinctive decision making (instink bisa terkait pengalaman, bisa juga tidak. Tetapi pengalaman mempertajam instink. Pengambilan keputusan berdasarkan instink seringkali bertentangan dengan fakta statistikal).

Pada kondisi ideal, akan ada tes dan pengukuran pendahuluan tentang bagaimana kapasitas dan kualitas dari keempat komponen prestasi.

  1. fisik atletnya (dengan measurement/ pengukuran fisik),
  2. teknik individual (dengan instrumen test/ uji skill teknis baik absolut, normatif atau relatif),
  3. kemampuan kerjasama yang ada pada individual untuk menjalankan strategi (dengan instrumen test/uji skill & knowledge normatif), dan kemampuan kerjasama yang ada pada tim untuk menjalankan strategi (test absolut).
  4. mental toughness (dengan uji respon/ skala psikologis normatif).

Itu jika keadaan normal, punya waktu dan sumberdaya cukup. Setelah memiliki data itu, si pelatih akan harus memiliki data scouting calon tim lawan dan melakukan analisis sebelum menentukan gameplan. Setelah semua data ada, pelatih masih melakukan lagi analisis SWOT factors.

Faktor inside the team, terdiri dari Strength (Kekuatan kita) dan Weakness (Kelemahan kita).

Faktor outside the team, terdiri dari Opportunities (yaitu peluang, sesuai dengan Weakness lawan) dan Threats (yaitu ancaman, sesuai dengan Strength lawan).

Jika faktor Strength kita tepat sesuai dengan Weakness-nya lawan, buat pelatih ini yang paling enak. Ini yang namanya big opportunity.

Jika Strength kita sesuai dengan strength-nya lawan, PR kecil nih buat pelatih.

Jika Weakness kita tepat sesuai dengan Strength lawan, ini namanya ancaman, big Threats dan PR besar buat pelatih.

Jika Strength dan Weakness kita berbeda dengan Strength dan Weakness lawan, akan terjadi perang kreativitas antar pelatih.

Dengan data-data dan analisis itulah disusun sebuah gameplan, lalu berlanjut dengan perencanaan latihan berbentuk program periodisasi untuk menempatkan practice plan mana pada periode mana. Jika kita mendalami beberapa sistem, maka umumnya terdiri dari 3 bagian pokok. Pertama peningkatan kapasitas dasar (umumnya berkaitan dengan kapasitas fisik yang berhubungan dengan health related fitness), kedua konversi (umumnya berkaitan dengan teknik, resistensi dan kapasitas fisik yang berhubungan dengan skill related fitness), ketiga pematangan kualitas komponen prestasi, fase siap tanding hingga super-kompensasi, peaking (umumnya berkaitan dengan mental dan strategy, konsistensi, biomotorik, peningkatan kapasitas sistem energi dan recovery).

health-related-fitness-7-638

KONDISI TIDAK IDEAL 1

Tapi jika keadaan tidak mengungkinkan, maka metode penentuan gameplan yang lebih praktis yaitu dengan statistik, seperti yang pernah diajarkan dan dikuasai dengan baik oleh Coach Mbing. Berdasarkan statistik pemain yang lengkap, kita bisa mengenali secara mendalam “Prestasi”, “Specificity”, untuk nantinya menjadi ukuran kekuatan dan kelemahan kalau dikaitkan dengan kebutuhan tim sesuai dengan gameplan. Jika tidak dikaitkan dengan gameplan, maka tidak ada yang namanya kelebihan dan kekurangan, yang ada hanya individual statistical factual score. Jika menyangkut skala mental, kata individual diganti dengan personal.

Tapi penggunaan medode berdasarkan stastistik ini untuk penyusunan gameplan punya kelemahan, yaitu:

Pertama, apakan sistem pencatatan statistik pemain-pemain kita sudah ada dan cukup? Perihal data availability dan data adequacy untuk statistik. Setahu saya tidak, kecuali yang berbasis data yang diperoleh dari scoresheet setelah pertandingan).

Kedua, apa yang dianalisis pada sistem pendekatan berdasarkan metode statistis “mengabaikan” bagaimana ukuran kapasitas dan kualitas fisiknya, tekniknya, strategi (tidak memperhitungkan teamwork, support teman satu tim) dan kapasitas mental. Yang dilihat semata-mata hanya prestasi faktual dan kalkulasi prestasi yang tercatat. Kecuali jika pada keadaan tertentu, ada scouting dan tracking khusus terhadap si pemain (biasanya ini hanya ada pada pemain yang menonjol saja, yang kata Bill Russel tuh, pemain yang kehadirannya langsung mempengaruhi atmosfer lapangan).

Jika perekaman data itu tidak available atau tidak adequat, maka kita berada di kondisi tidak ideal 2.

KONDISI TIDAK IDEAL 2

Pada kondisi ini, kita hanya disodori pemain yang si pelatih tahu persis kapasitas dan kualitas komponen prestasinya yaitu fisik, teknik, strategi dan mental karena para pemainnya adalah anak didiknya sendiri. Jadi tidak masalah, karena memiliki data yang cukup mengenai komponen prestasi anak didiknya sendiri (sdh hapal ya 4 komponen prestasi tadi, dikit2 kita kembali ke situ, he he he…).

Jika para pemain pada tim kebanyakan bukan anak didiknya sendiri, maka bagi yang sering nonton tim lain dan melakukan scouting meski kasat mata, setingkat observasi saja, si pelatih akan cukup mengenali komponen prestasi pemain yang dikenalinya itu sehingga memiliki data yang cukup untuk menyusun gameplan.

Tetapi jika tim terdiri dari pemain yang bukan anak didiknya, dan para pemain dipilih oleh orang lain, bukan oleh si pelatih yang akan menyusun gameplan, jika si pelatih memaksakan untuk membuat gameplan maka hasilnya gameplan tebak-tebakan. Ini yang katanya coach Wahyu Budi, “Mesti banyak-banyak berdoa” ya semoga saja gameplan-nya tepat, sehingga practice plan pun tepat, sehingga hasil latihan pun pas. Tetapi jika tidak, maka kita berada di kondisi tidak ideal 3.

KONDISI TIDAK IDEAL 3

Situasi ini sering lho terjadi. Misalnya seorang pelatih dengan nama besar, secara mendadak dan tidak diberi waktu seperti KONDISI IDEAL untuk membangun tim, maka sehebat apa pun si pelatih, kondisinya adalah KONDISI TIDAK IDEAL 3. Sehingga harus banyak-banyak berdoa. Kalau ia ingin memperbaiki situasi, minta data yang banyak, membangun relasi yangbaik dengan para pelatih dari para pemain yang ada di timnya, maka bisa saja kondisinya membaik jadi KONDISI TIDAK IDEAL 2. Dan jika ia ingin lebih baik lagi, dan mujur karena sistem pencatatan individual pemain tersedia lengkap, maka kondisinya membaik jadi KONDISI TIDAK IDEAL 1. Lantas ketika kemudian lembaga yang menunjuk si pelatih mendengar doa si pelatih, lalu memberinya waktu yang cukup untuk melakukan tes dan pengukuran bagiu semua pemain, lalu sempat melakukan scouting dan tracking tim sendiri serta seluruh calon tim lawan, lalu memberinya keleluasaan untuk membongkar pasang pemain sesuai gameplan yang matang, tambah lagi waktu yang panjang untuk melatih dan menjalankan program periodisasi, (dinaikkan pula gajinya) maka doanya terjawab sehingga si pelatih berada pada KONDISI IDEAL.

Akan tetapi jika ia gagal memperbaiki kondisinya dari KONDISI TIDAK IDEAL 3, 2, 1 hingga kondisi ideal, dan doa-doanya tidak terjawab maka apa yang akan dilakukan si pelatih? Saran saya, mundur aja. Jangan nekat. Beritahukan pada lembaga yang menunjuknya agar menyerahkan kursi pelatih kepada pelatih yang tahu persis secara terukur bagaimana 4 komponen prestasi para pemain dan tim. Dengan demikian si pelatih tahu harus berbuat apa. Ia bisa menyusun sebuah gameplan yang rasional dan realistis, sehingga bisa menyusun practice plan yang realistis pula.

PRACTICE PLAN

Practice plan ata kunci kedua. Practice plan akan sangat panjang pembahasannya jika kita bahas untuk semua kondisi, sehingga sesuai pembicaraan awal tadi, saya ditugaskan memberikan 3 alternatif untuk dibahas pada diskusi kita nanti.

Practice plan itu terjemahannya nanti adalah sebuah program, apakah program dengan periodisasi lengkap, bagaimana FITT-nya? Itu akan harus disesuaikan dengan gameplan dan kondisinya.

Silakan pilih nih, apakah kita akan membahas practice plan untuk KONDISI IDEAL, KONDISI TIDAK IDEAL 1, 2, ATAU 3? Nanti itu yang akan kita diskusikan Jumat depan ya.

Ayo, silakan dipilih ya teman-teman pelatih.

Tulisan ini nantinya bersambung ke bagian 2, setelah diskusi selesai dan ada masukan dari kawan-kawan pelatih. Tengkiyu.

9 Mey 2020

Jadi Point Guard dan Playmaker Andalan

Point Guard, salah satu posisi yang paling didambakan anak-anak basket di manapun. Siapa yang tidak ingin jadi jenderal di lapangan, memimpin tim, disegani lawan manapun, dihormati teman-teman dan dikagumi para penggemarnya?

Pada tulisan kali ini, saya akan coba mengulas topik ini karena banyak sekali pertanyaan mengenai hal ini. Pada tulisan kali ini, juga dilengkapi dengan beberapa video tutorial yang tersedia di link youtube Coach Moses. Bahkan secara khusus baru dibuatkan sebuah playlist yang berisi sejumlah video tutorial khusus untuk membimbing anak-anak basket yang ingin menjadi point guard atau playmaker andalan.

Playlist ini berjudul “LATIHAN KHUSUS POINT GUARD & PLAYMAKER”, silakan klik link tersebut untuk membukanya. Playlist tersebut berisi 26 materi latihan dasar.

Salah satu video dalam playlist tersebut adalah “5 DRILL LATIHAN KHUSUS POINT GUARD PLAYMAKER”, yang berisi petunjuk tentang 5 drill penting untuk menjadi seorang Point Guard (PG) dan Playmaker (PM) andalan.

Ke5 drill itu adalah:

1. Latihan Ball Control & Footwork

InShot_20200512_045402490

Ball control yang mapan harus didukung oleh footwork yang baik dan mapan pula. Itulah tujuan utama drill ini. latihan pendahulu untuk drill ini adalah agility ladder training, penguatan otot inti, ballhandling dan sprint.

2. Latihan Ball Control & One Handed Quick Pass

InShot_20200512_045325296

Passing yang akurat dan cepat adalah hasil akhir yang diharapkan dari drill ini. Seringkali untuk melakukan passing yang cepat memerlukan skill khusus satu tangan yang mau tak mau harus didahului oleh kemampuan ball control yang baik.

Latihan pendahuluan yang diperlukan untuk drill ini adalah ballhandling, baseball pass, push up dan dip up.

3. Latihan One Handed Quick & Power Pass

InShot_20200512_045251288

Drill yang ke3 ini adalah peningkatan dari drill ke2. Penambahan dalam hal kecepatan dan kekuatan. Latihan penguatan otot inti, lengan, bahu, dada dan kaki menjadi kunci keberhasilan latihan ini.

4. Latihan Vision, Coordination & Reaction Time

InShot_20200512_045214833

Setelah sekitar 12 kali latihan untuk menyelesaikan drill 1, 2 dan 3, anak-anak kembali diberikan latihan untuk mempertajam visi, koordinasi gerak dan reaction time. Drill ke4 ini merupakan latihan khusus yang ditujukan pada sistem neuro-muscular. Bola yang digunakan 3 macam, yaitu bola basket, bola tenis dan bola golf (bisa diganti bola pingpong) yang berbeda ukuran, berat dan warnanya.

5. Latihan Vision, Ballhandle & Reaction Time

InShot_20200512_045135126

Pada drill ke5, masih untuk menajamkan visi, biasanya bukan hanya menggunakan 2 bola basket. Pada kelanjutannya menggunakan sampai 3 bola untuk memastikan kapasitas ball feel anak-anak sudah mapan.

Ke5 drill itu berisi latihan skill dasar untuk PGPM. Apakah 5 dril itu sudah cukup, tidak. Drill itu hanya untuk kapasitas skill (agility, balance, speed, coordination, reaction time & power) teknik (dribel, passing, ball control, visi, footwork & movements), mengarah ke pembentukan kualitas teknis dasar terpenting untuk menjadi seorang PGPM.

Apa sih kualitas dasar untuk menjadi seorang PGPM andalan? Kita akan mengupasnya dengan pendekatan 4 komponen prestasi, yaitu fisik, teknik, taktik, dan mental.

  1. Fisik, seorang PGPM minimal harus memiliki endurance yang membuatnya mampu berlari dinamik bercampur gerak main basket selama 4 quarter (60 menit bersih, biasanya jadi 120 menitan kotor), mampu lari sekurangnya 15 km, melompat sekitar 300 kali. Memiliki kekuatan tubuh untuk menahan benturan, melompat dan berebut bola. Memiliki kecepatan dalam melakukan gerakan yang berubah-ubah arah maupun tempo. Memiliki kelenturan, keseimbangan, koordinasi, akurasi, reaksi, dan kelincahan.
  2. Teknik. Seorang PGPM dituntut memiliki teknik dribel dan olah bola yang sangat baik, menguasai aneka jenis passing dan mampu melakukannya dengan kuat, cepat dan akurat, memiliki akurasi shooting dan drive, serta visi bermain yang istimewa.
  3. Strategi. Seorang PGPM tak ubahnya representasi pelatih sendiri. Ia harus menguasai seluruh taktik dan strategi yang diberikan pelatih. Ia dituntut tahu persis gameplan apa yang akan diterapkan pada pertandingan mana, situasi bagaimana dan perubahan-perubahan atau inisiatif apa yang harus dilakukan jika ada masalah di lapangan.
  4. Mental. Otak dan daya pikir adalah aset terbesar seorang atlet, apa pun cabang olahraganya.  Agar daya pikirnya kuat dan senantiasa bekerja dengan baik, harus dimiliki stabilitas mental. Perlu mentalitas khusus agar seorang pebasket memenuhi syarat menjadi PGPM. Dewasa, tenang, tidak mudah panik, marah atau menyesal berlebihan. Tangguh, tidak mudah menyerah, sikap positif, optimis, penuh respek dan sportif, supportif, dan kualitas terlangka yaitu kepemimpinan.  faktor lain yaitu pengalaman dan wawasan, keduanya akan membentuk istilah populer basketball IQ.

Sebegitu beratkah persyaratan untuk menjadi seorang PGPM? Ya, jika mau lengkap ya seperti itulah idealnya. Itulah sebabnya, Point Guard dan Playmaker itu langka.

Dalam pengalaman saya, belum tentu dari 100 anak kita bisa dapatkan 1 bibit pemain berkarakter point guard dan playmaker ideal.

Faktor terlangka secara teknis adalah visi bermain dan secara mental yaitu kepemimpinan dan basketball IQ.  Itulah sebabnya, dalam melatih saya selalu memasukkan aspek visi bermain sebagai latihan fundamental. Sedangkan kepemipinan? Itu seperti pertanyaan retorik tentang pemimpin, “Apakah pemimpin dilahirkan atau dibentuk?”

Nature or nurture? Pendapat saya, kombinasi antara keduanya. Tidak bisa semata-mata nature dan tidak hanya nurture. Sulit sekali untuk bisa menemukan kembali kualitas point guard dan playmaker seperti Mario Wuysang atau Dimas Muharri. Uniknya lagi, point guard yang baik hanya bisa dilatih oleh seorang point guard yang baik pula, ha ha ha… bukannya tidak bisa sama sekali, tapi lihat saja anak didik seorang mantan shooter, bagaimana kualitas shooting anak didiknya dibanding pemain yang dilatih bukan shooter. Jika point guard playmaker dilatih oleh seorang point guard pula, ada aspek-aspek yang memang hanya dipahami dan diajarkan oleh seorang point guard sendiri. Baik sekali jika Mario Wuysang mau turun melatih seperti halnya Dimas Muharri dengan DBL Academy-nya. Semoga saja.

Kesulitan melatih PGPM bukan hanya teknis, tapi terletak pada pemberian minute play yang cukup untuk pemula. Karena vitalnya peran point guard dalam pertandingan, riskan juga bagi pelatih untuk memasang PGPM minim pengalaman pada pertandingan penting penuh pressure, sedangkan situasi semacam itulah yang paling diperlukan untuk pematangannya. Memang pelatih perlu keberanian untuk mematangkan pemain mudanya.

Sekian dulu, terimakasih.